Umum  

“Ibu, Aku Belum Makan Opor”

Momen haru jurnalis iNews Jen Cahyani, video call dengan orang tua saat liputan mudik Lebaran 2025.

BERITA62.COM, Barito Timur – Dari balik layar kaca yang menayangkan geliat arus mudik Lebaran 2025, ada sosok perempuan muda yang berdiri tegak menyampaikan kabar untuk jutaan pasang mata. Namanya Jen Cahyani, reporter iNews Media Group.

Di tengah hiruk-pikuk jalanan Semarang yang dipadati kendaraan pemudik, ia melaporkan setiap perkembangan dengan suara mantap dan senyum profesional. Namun siapa sangka, di balik senyum itu tersimpan rindu yang menyesak.

Hari itu, udara Lebaran seperti biasa dipenuhi aroma ketupat, opor ayam, dan pelukan-pelukan hangat yang saling memaafkan. Tapi tidak bagi Jen. Lebaran kali ini, ia tidak bisa berada di rumah, tidak bisa mencium tangan ibu dan ayahnya, tidak bisa mencicipi masakan khas yang selama ini menjadi simbol kehangatan keluarga.

“Kalau sebelumnya kami bisa halalbihalal dengan keluarga, dengan orang tua, dengan sanak saudara, menikmati opor ayam di rumah… mungkin saat ini ditunda terlebih dahulu,” katanya dalam sebuah siaran langsung.

Suaranya bergetar, namun ia tetap menjalankan tugasnya, mengabarkan keriuhan orang lain pulang ke rumah, saat dirinya sendiri justru harus menahan rindu pada rumah itu.

Tiba-tiba, kejutan datang dari studio. Orang tua Jen muncul di layar lewat panggilan video. Tak butuh waktu lama hingga air mata membasahi pipinya. Ia terdiam sejenak, sebelum akhirnya menyapa dengan suara serak, “Waalaikum salam, ini bapak ya?”

“Sehat, Alhamdulillah,” ucapnya sambil tersenyum kecil, mencoba menutupi gelombang emosi yang menyeruak dari dalam dadanya.

Dan kemudian, kalimat yang begitu sederhana tapi menyayat hati itu meluncur dari bibirnya,
“Ibu, aku belum makan opor ayam ibu.”

Kalimat itu seketika memecah keheningan, memecahkan pula pertahanan para pemirsa yang menyaksikan momen tersebut. Rindu yang tak tertahankan pada aroma dapur ibu, pada bumbu yang diracik dengan cinta, pada kebersamaan di meja makan keluarga. Betapa makanan bisa menjadi jembatan emosi antara mereka yang berjauhan.

Dari seberang layar, sang ayah mencoba menenangkan, “Kalau pulang kita siapin opor ayam, lontongnya juga kita siapin buat Ulya. Karena kangennya Ulya kan kalau Lebaran mau ya lontong.”

Tak kalah menyentuh, sang ibu pun mengungkapkan bahwa Jen adalah anak yang sangat dekat dengan keluarga. Bahkan di usianya yang dewasa, Jen masih sering disuapi ibunya saat makan.

“Terus kangen disuapin juga,” ucap Jen, matanya berlinang, suaranya nyaris tenggelam dalam isak.

Momen itu menjadi gambaran nyata, di balik keteguhan para jurnalis yang bertugas saat Lebaran, ada kerinduan yang mereka telan diam-diam. Mereka tak pulang, bukan karena tidak ingin, tapi karena cinta lain sedang mereka tunaikan, cinta pada profesi, pada kebenaran, pada tanggung jawab menyampaikan kabar untuk kita semua.

Jen adalah satu dari sekian banyak jurnalis yang memilih tetap berdiri di garis depan saat yang lain bersimpuh di pangkuan ibu. Ia, dan mereka yang sepertinya, layak mendapat lebih dari sekadar ucapan terima kasih.

Karena bagi sebagian orang, opor ayam bukan hanya soal rasa, tapi tentang rumah, tentang cinta, tentang rindu yang tertunda.

Dan kelak, ketika Jen pulang, akan ada opor ayam hangat yang menunggu di meja. Akan ada tangan ibu yang kembali menyuapi. Akan ada cinta yang tak pernah pergi, hanya menanti waktu untuk kembali dipeluk. (BME-1)

Ucapan Ketua KNPI 1Ucapan Ketua KNPI 2