BERITA62.COM, Barito Timur – Anggota DPRD Kabupaten Barito Timur dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Wahyudinnoor, meminta agar RSUD Tamiang Layang diaudit demi mengetahui persis penyebab berbagai
permasalahan yang dikeluhkan pasien maupun tenaga kesehatan.
“Terkait dengan kekosongan
obat itu kami berharap
memang harus diadakan
audit memang ya. Apa yang
menjadi permasalahannya
sehingga sehingga obat itu
bisa kosong,” kata Wahyudinnoor, Jumat, 19 Januari 2024.
Dia melanjutkan, jika informasi dari sumber internal RSUD Tamiang Layang bahwa penyebab
kekosongan obat karena rumah sakit memiliki hutang obat di distributor sehingga distributor tidak mau memasok obat, maka harus diperiksa apa penyebab Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) rumah sakit milik Pemkab Barito Timur itu tidak mampu membayar hutang obat.
“Apa yang menjadi sumber penyebabnya? Apakah memang penghasilan BLUD itu tidak mampu untuk menutupi hutang obat atau ada hal-hal lain yang menyebabkan utang obat di distributor tidak terbayarkan? Atau ada efektivitas dan efisiensi yang kurang tepat sehingga pelayanan utama yang berkaitan dengan masalah obat tidak menjadi prioritas. Istilahnya dilakukan audit investigasi-lah,” kata Wahyudinnor.
Politisi PKB ini mengaku sebelumnya gabungan komisi di DPRD juga sudah berkunjung ke RSUD Tamiang Layang dan beraudiensi dengan Direktur RSUD serta Kepala Dinas Kesehatan Barito Timur mempertanyakan jasa medik tahun 2023 yang belum dibayarkan.
“Pada saat itu saya juga mempertanyakan salah satunya masalah jasa medik yang yang belum dibayarkan, cuma lebih fokus masalah obat juga saya sampaikan tadi,” akunya.
Diketahui, RSUD Tamiang Layang saat ini dalam kondisi darurat karena stok berbagai jenis obat kosong. Kondisi ini dibenarkan oleh sumber terpercaya di internal RSUD Tamiang Layang.
“Sudah nggak kehitung (jenis
obat yang kosong), cuman salep kudis, panu aja yang mungkin masih banyak,” kata sumber tersebut, Jumat, 19 Januari 2024.
Media juga mendapatkan tangkapan layar percakapan dokter dan perawat yang begitu putus asa dengan kondisi ini karena harus membatasi suntikan infus untuk setiap pasien atau bahkan obat yang diresepkan kosong sama sekali di farmasi rumah sakit.
Sumber yang sama menjelaskan, kondisi logistik RSUD Tamiang Layang semakin parah karena banyak distributor yang tidak mau memasok obat ke RSUD Tamiang Layang akibat hutang obat yang belum dilunasi.
“Sejak adanya surat keputusan akreditasi RS kemarin, yang pegang masalah obat langsung ditangani direktur (RSUD), bukan bidang yanmed atau farmasi lagi,” ungkapnya.
Sumber itu juga menuding direkturnya lebih banyak melakukan perjalanan keluar bersama beberapa bawahan dibandingkan berada di kantor dan membenahi kondisi pelayanan kesehatan yang buruk.
Keterangan sumber internal
RSUD Tamiang Layang tersebut selaras dengan hasil investigasi media selama tiga hari di RSUD Tamiang Layang.
Ketika wartawan mencoba meminta keterangan semua pasien dengan jenis penyakit yang berbeda, didapatkan keterangan yang seragam bahwa mereka diberi resep oleh farmasi RSUD Tamiang Layang untuk menebus obat di luar karena obat tersebut kosong.
Selama penelusuran itu juga ditemukan bahwa setiap hari keluarga pasien diminta untuk menebus obat tertentu di luar rumah sakit. Pengakuan memilukan kadang diterima dari pasien karena obat yang harus dibeli di luar juga tidak tersedia di apotek atau tokoh obat.
Wartawan telah menghubungi Direktur RSUD Tamiang Layang Vinny Safari melalui pesan Whatsapp dan mengajukan poin-poin pertanyaan untuk menanggapi keluhan dari internal RSUD Tamiang Layang maupun kekosongan obat, namun hingga berita ini ditayangkan belum ada tanggapan dari Vinny. (ASR)