Berita  

Begini Pertolongan Pertama jika Anak Alami Gejala Hepatitis Misterius

Gejala awal hepatitis akut misterius biasanya berasal dari saluran pencernaan. Misalnya, muntah, diare, demam, hingga timbulnya warna kuning pada mata dan badan. (Foto: Pizabay)

TEKIWE.COM, Jakarta – Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI menyampaikan rekomendasi langkah-langkah pertolongan pertama jika ada gejala hepatitis akut misterius pada anak. Penyakit ini sedang mewabah di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim mengatakan gejala awal penyakit ini biasanya berasal dari saluran pencernaan. Misalnya, muntah, diare, demam, hingga timbulnya warna kuning pada mata dan badan.

Dari gejala ini, misalnya demam, maka perlu diberi obat penurun demam lebih dulu. Begitu juga bila ada mual dan muntah, bisa diberikan obat pereda mual dan muntah.

Tentunya supaya tidak dehidrasi, diberikan juga cairan, minum, walaupun dia muntah, berikan sedikit demi sedikit,” kata Muzal di konferensi pers secara virtual, Sabtu, 7 Mei 2022.

Muzal menekankan pemberian cairan atau minum tetap perlu dilakukan meski muntah bahkan diare. Sebab, ketika muntah dan diare, tubuh membuang banyak cairan.

“Kadang kalau muntah tidak diberikan cairan, padahal harusnya diberikan. Diare juga itu memicu dehidrasi jadi perlu ada pergantian cairan,” jelasnya.

Jika demam, muntah, dan diare dalam beberapa saat reda dan hilang, maka tidak perlu melakukan pemeriksaan lanjutan ke fasilitas kesehatan. Namun, bila masih ada sampai beberapa hari, maka sebaiknya di bawa ke rumah sakit.

“Tapi batas waktu belum ditentukan, kalau tiba-tiba segar, ya tidak perlu,” tambah Muzal.

Ketika berada di fasilitas kesehatan, baik puskesmas dan rumah sakit, maka tenaga medis akan melakukan pemeriksaan klinis lebih dahulu. Bila diperlukan baru pemeriksaan darah.

“Biasanya nanti diperiksa dulu (di rumah sakit), tidak semua langsung periksa darah, misalnya periksa feses dulu, siapa tahu itu rotavirus. Jadi dilihat klinisnya dulu,” jelasnya.

Di sisi lain, Muzal mengatakan orang dengan gejala hepatitis sebaiknya melakukan isolasi kontak. Isolasi ini tidak seketat covid-19.

“Bukan isolasi seperti covid-19, tapi kontak, lebih kepada tersendiri supaya cegah kontak tangan, alat makan, minuman, yang berkaitan dengan reka oral,” ujarnya.

Selain itu, ia menyarankan agar orang tua melakukan pencegahan penularan penyakit ini kepada anak-anaknya. Misalnya, rajin mencuci tangan anak, menjaga kebersihan makanan dan sanitasi, menggunakan alat makan sendiri pada anak, hingga menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.

Yang tak ketinggalan, jangan jajan atau membeli makan di sembarangan tempat. Hal ini penting dilakukan termasuk di musim mudik lebaran saat ini.

“Kalau mudik ini, mungkin makanan-makanan tertentu yang sudah siap, yang memang sudah dijual dalam bentuk bersih, terpercaya, kan ada makanan-makanan jadi bukan makanan-makanan yang disiapkan dari warung, restoran yang kita tidak yakin kebersihannya,” ucapnya.

Kemudian, pastikan semua makanan dan minuman sudah dimasak sampai matang. Pastikan juga alat makan tidak digunakan bersama alias sendiri-sendiri untuk mencegah penularan.

Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia atau WHO resmi mengumumkan hepatitis akut misterius sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB. Menurut catatan WHO, ada lebih dari 170 kasus serupa di 12 negara.

Di Indonesia, ada tiga anak meninggal akibat hepatitis akut tersebut. PB IDI dan IDAI mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan orang tua untuk waspada. (Sumber: CNN Indonesia)