Berita  

Pabung Kodim 1012 Buntok Paparkan Bahaya Radikalisme dan Terorisme

Pabung Kodim 1012 Buntok, Mayor Inf Tubagus Abdul Halim memaparkan bahaya radikalisme dan terorisme.

TEKIWE.COM, Barito Timur – Perwira Penghubung Kodim 1012 Buntok, Mayor Inf Tubagus Abdul Halim memaparkan bahaya radikalisme dan terorisme kegiatan koordinasi dan fasilitasi Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial atau RAT-PKS tingkat Kabupaten Barito Timur di Ruang Rapat Bupati Barito Timur, Selasa, 30 November 2021.

Dia mengatakan radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan sosial dan politik secara drastis dengan mengabaikan nilai-nilai yang dianut selama ini.

“Ciri-ciri orang yang terpapar radikalisme yaitu bersikap intoleran, fanatik, eksklusif dan anarkis,” ungkap Tubagus.

Sedangkan terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal serta menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik maupun fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya radikalisme dan terorisme yakni faktor internasional berupa ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan dan penjajahan. Kemudian faktor domestik berupa persepsi ketidakadilan, kesejahteraan, pendidikan, kecewa terhadap pemerintah dan balas dendam.

“Yang terakhir yaitu faktor kultural berupa pemahaman agama yang dangkal, penafsiran agama yang sempit dan tekstual serta indoktrinasi ajaran agama yang salah,” imbuh Pabung.

Menurut dia, pemuda paling mudah direkrut menjadi teroris karena 5 hal. Pertama, mereka yang sedang mencari identitas, studi the United States Institute of Peace pada tahun 2010 bahwa 2.032 para pejuang asing (foreign fighter) jaringan Al-Qaeda merupakan kalangan mahasiswa, pelajar dan remaja yang sedang mempertanyakan identitas dirinya.

Kedua, mereka yang membutuhkan perasaan kebersamaan. Kelompok teroris pandai memanfaatkan para remaja yang sedang galau terhadap kondisi emosionalnya karena mereka ingin mencari kebersamaan keluarga yang kadang tidak mereka dapatkan di keluarga intinya.

Ketiga, mereka yang ingin memperbaiki apa yang dianggap sebagai ketidakadilan. Para remaja yang selalu menggebu-gebu dengan semangat idealisme untuk perubahan.

Keempat, mereka sedang mencari sensasi dan kegagahan. Anak-anak muda ini biasanya dari kalangan menengah ke atas yang kecanduan video game kekerasan dan cerita heroik peperangan.

Kelima, mereka menaruh simpati pada kelompok radikal-teroris melalui internet. Banyak dari remaja yang menghabiskan waktu di media online bertemu dengan konten-konten yang memprovokasi dan menyebar kebencian.

Pabung menambahkan, kelompok radikal terorisme banyak menggunakan media online sebagai sarana komunikasi karena mudah diakses, tidak ada kontrol, regulasi dan aturan audiens yang luas, anonim, kecepatan informasi, kecepatan informasi, media yang interaktif, murah untuk membuat dan memelihara serta bersifat multimedia.

“TNI terus melakukan pemberdayaan fungsi teritorial untuk membantu pencegahan aksi terorisme mulai dari tingkat kodam hingga tingkat koramil,” jelasnya.

Selain itu, TNI juga melakukan penguatan fungsi pengawasan perbatasan dalam pencegahan keluar masuknya orang, barang, amunisi, handak, dan senjata dari kelompok terorisme.

“TNI juga melakukan koordinasi aparat intelijen tiga matra dalam melakukan deteksi dini ancaman terorisme di tengah masyarakat,” tandasnya. (*)

error: Content is protected !!