Berita  

Ingin Kampungnya Bebas Krisis Air, Daud Bobo Berjuang Sedot Air Gua Sedalam 70 Meter

Daud, memegang pipa paralon yang mengalirkan air dari gua sedalam 70 meter
Daud, memegang pipa paralon yang mengalirkan air dari gua sedalam 70 meter

TEKIWE, Sumba Barat Daya – Krisis air yang sering melanda Kampung Mata Kaito Desa Pada Eweta Kecamatan Wewewa Timur ini membuat Daud Bobo, warga kampung tersebut berpikir kreatif untuk memanfaatkan air dari dalam gua dengan kedalaman 70 meter yang ada di kampung itu.

Menurut pengamatan warga selama ini, air di gua tersebut tidak pernah kering walau musim kemarau panjang. Mereka menduga sumber ini berasal dari sungai bawah tanah namun belum ada warga yang memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air karena sumber air yang cukup dalam tidak memungkinkan untuk diambil dengan peralatan sederhana.

“Kami berusaha untuk manfaatkan sumber air ini karena paling dekat dengan pemukiman warga atau perkampungan, debit airnya besar bahkan di musim kemarau panjang sekalipun,” kata Daud di Mata Kaito, Minggu 15 Maret 2020.

Dia menjelaskan, pada musim hujan warga di kampungnya memanfaatkan air leding bantuan pemerintah yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari Kampung Mata Kaito.

“Kalau musim kemarau kebanyakan orang yang punya bak penampung membeli air, jika tidak mereka harus mengangkut air dari sumber yang lebih jauh,” paparnya.

Prihatin melihat kondisi ini, Dengan modal sendiri sebanyak kurang lebih Rp10 juta, Daud membeli pompa submersible, kabel dan pipa paralon yang cukup untuk mengalirkan air hingga ke permukaan gua. Sedangkan untuk mengerjakannya dia dibantu warga kampung.

Upaya untuk menyedot air dari gua vertikal dengan kedalaman 70 meter ini bukanlah hal yang mudah serta menghabiskan biaya yang besar dalam ukuran Daud, namun dia merasa puas karena upayanya ini akan membebaskan kampungnya dari krisis air pada musim kemarau nanti.

“Sekitar 50 KK akan terbantu jika air ini ditarik hingga pemukiman warga,” ungkapnya.

Saat ini, terang Daud, air sudah bisa dialirkan ke bangunan Gereja Katolik Santa Monika yang terletak tidak jauh dari gua, warga kampung dapat mengangkut dari tempat untuk menggunakan ember dan jerigen untuk memenuhi kebutuhan rumah.

Dia berharap dengan upaya swadaya yang dilakukannya ini, Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya turut mendukung dengan bantuan peralatan lain yang dibutuhkan seperti pipa paralon untuk mendistribusikan ke pemukiman warga.

“Semoga pemerintah bisa melihat impian kami untuk mulai terbebas dari krisis air pada musim kemarau tahun ini,” pungkas Daud.

error: Content is protected !!