Pandemi Covid-19, Wirausaha Mikro Perlu Belajar dari Maling Kambuhan

Ilustrasi maling kambuhan (kabarmakkah.com

TEKIWE, Udah pernah jadi maling kambuhan belum? Ehh maksud saya, udah pernah dengar ilmunya maling kambuhan belum?

Sebelum saya jelasin tentang ilmu maling kambuhan atau yang dalam istilah hukum diberi gelar residivis, kita harus sepakat dulu: saya nggak sedang ngajarin cara maling yang baik dan benar. Oke sepakat ya!

Serius. Udah pernah dengar kan, kenapa ada maling yang disebut residivis?
Ya betul, karena maling itu udah berulang kali keluar masuk atau bolak-balik kayak setrikaan ke penjara. Kambuh lagi, kambuh lagi.

Kalo dalam kamus hukum, residivis diartikan sebagai pengulangan suatu tindak pidana oleh pelaku yang sama dan tindak pidana yang dilakukan sebelumnya telah dijatuhi pidana dan berkekuatan hukum tetap, serta pengulangan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Kok nggak kapok-kapok ya? Penjara kan nggak enak. Hidup di penjara serba terkungkung atau nggak bebas. Nggak bisa makan enak. Udah gitu bisa digebuki sesama tahanan beringas yang sumbunya pendek (baca: mudah emosi).

Kira-kira seperti ini, para maling kambuhan percaya bahwa kalo kemarin dan hari ini mereka apes; tertangkap polisi lalu meringkuk di hotel prodeo, mungkin saja besok mereka bisa sukses besar menggasak isi rumah orang tanpa ketahuan, atau paling kurang – ketahuan tapi nggak ketangkap dan pada akhirnya bisa berpesta-pora makan-minum enak dengan wanita cantik dan membeli barang mewah, menikmati hasil curian untuk membayar semua penderitaan selama di balik jeruji.

Yang menarik, bisa jadi bagi maling kambuhan penjara bukan lagi tempat yang menyeramkan, melainkan menjadi bangku sekolahan tempat mereka belajar berinovasi dan memperdalam ilmu diantara sesama maling agar kelak lebih hebat lagi dalam sepak terjang permalingan setelah keluar dari penjara. Bahkan dari sekolah ini pula kelak bisa terbentuk komplotan maling yang baru.

Ilmu dan keyakinan tersebutlah yang dipegang teguh oleh maling. Itu sebabnya ada aja maling yang nggak kapok-kapok sehingga menjadi maling kambuhan atau residivis.

Belajar dari Maling Kambuhan.

Kita tahu bahwa semua agama, hukum pemerintah dan terutama orang yang kemalingan tidak setuju dengan perbuatan maling, tapi masih ada hikmah yang dapat dipetik pelaku usaha dari kehidupan maling kambuhan:

1. Keuletan

Memiliki keuletan itu penting terutama untuk pelaku usaha mikro yang serba terbatas; terbatas skillnya, terbatas modalnya, terbatas jangkauan pasarnya, terbatas juga daya saingnya. Pokoknya semua serba terbataslah.

Menjadi pelaku atau wirausaha mikro banyak tantangannya. Mulai usaha yang ini, gagal. Coba jualan itu ehhh nggak laku karena barang milik pesaing lebih murah dan lebih bagus. Rintis lagi usaha yang lain malah lebih parah karena tertipu mitra usaha. Berinovasi ciptakan produk baru, ehhh ditiru sama orang yang modalnya jauh lebih besar, Mau gimana coba?

Ditambah lagi pandemi covid-19 saat ini yang berdampak langsung kepada pelaku usaha karena daya beli dan kebiasaan masyarakat yang mulai berubah.

Sampai pada titik ini kalo kita nggak ulet seperti maling kambuhan, saya yakin kita akan cepat-cepat tobat dari impian mengembangkan usaha.

Jadi, jangan kapok hanya karena beberapa kegagalan yang kita alami dalam berwirausaha. Para maestro bilang: Semakin sering kita gagal, maka semakin dekatlah kita dengan kesuksesan. Amin!

Sepahit apapun tantangan dan kegagalan itu, kita harus tetap bertahan.

2. Terus Belajar

Seperti maling kambuhan, ambillah waktu untuk berada di komunitas wirausaha agar kita bisa belajar apa yang menjadi kelemahan usaha yang menyebabkan kita gagal. Kita juga dapat belajar bagaimana bangkit dari kegagalan, melihat peluang-peluang baru, membangun jaringan serta kembali mengembangkan usaha dengan skil yang lebih baik.

Contohlah maling, gagal dengan cara yang ini, dia akan coba menggunakan modus operandi yang baru. Bagi wirausaha mikro, internet memberikan kita kemudahan untuk belajar berbagai hal baru, tanyakan aja ke mbak google.

Kalau maling aja percaya bahwa kelak akan ada pintu rumah yang bisa dibobol dengan mudah, masa kita yang berusaha di jalan yang benar nggak percaya bahwa kelak kita akan dibukakan pintu kesuksesan berwirausaha. Iya nggak?

Jangan mudah menyerah apalagi cengeng. Anggap aja setiap tantangan, peluang yang tertutup ataupun kegagalan merupakan proses untuk membentuk kita jadi wirausaha yang tangguh.

Tahu arti wirausaha kan? Wirausaha itu artinya pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu yang berguna bagi dirinya dan orang lain.
Mana ada pahlawan yang cengeng. Kalo film koboy cengeng ada…..

____________

Salam anget, Agustinus Bole Malo.