Umum  

Festival Nikep 3: Perempuan Maanyan, Ansiding dan Pesan Budaya dari Desa Lalap

Dalam nikep, kaum perempuan bekerja bersama, mengendap di air sambil menurunkan ansiding untuk menangkap ikan.

Puluhan tim perempuan dengan alat penangkap ikan bernama ansiding berlomba-lomba mendapatkan ikan paling banyak dan Festival Nikep 3 di persawahan Jundrim Desa Lalap Kabupaten Barito Timur, Sabtu, 27 September 2025.

BERITA62.COM, Barito Timur – Suasana persawahan Jundrim di Desa Lalap, Kabupaten Barito Timur, mulai pukul 09.00 WIB, Sabtu pagi, 27 September 2025, tampak berbeda. Riuh tawa perempuan bercampur sorak penonton menghidupkan tepian persawahan yang biasanya tenang. Dengan ansiding di tangan, yakni perangkap ikan tradisional dari rotan dan bambu, puluhan tim perempuan dari berbagai desa bersiap turun ke air.

Inilah Festival Nikep 3, sebuah perayaan budaya yang telah menjadi kebanggaan masyarakat Dayak Maanyan. Nikep bukan sekadar kegiatan menangkap ikan, ia adalah tradisi tua yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam nikep, kaum perempuan bekerja bersama, mengendap di air sambil menurunkan ansiding, mengajarkan nilai kebersamaan sekaligus menunjukkan cara yang ramah lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Bagi masyarakat Maanyan, nikep adalah kisah tentang harmoni antara manusia dan air yang memberi kehidupan.

Pj Sekda Barito Timur Misnohartaku dan Kepala Disbudparpora Herawani, mencidukkan ansiding ke dalam air untuk menandai dimulainya lomba menangkap ikan Festival Nikep 3 di Desa Lalap, Sabtu, 27 September 2025.

Festival tahun ini dibuka secara resmi oleh Pj Sekda Barito Timur, Misnohartaku, yang hadir mewakili Bupati dan Wakil Bupati.

Deretan pejabat dan tokoh masyarakat ikut menyaksikan, mulai dari Kepala Disbudparpora Herawani, Ketua Karang Taruna, Camat Patangkep Tutui, aparat desa, tokoh masyarakat, hingga Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Kehadiran mereka seakan menegaskan bahwa nikep bukan hanya tradisi lokal, melainkan simbol yang kini diangkat menjadi ikon wisata budaya.

“Sebagian sumber daya Barito Timur berasal dari sektor pertambangan yang tidak bisa diperbarui. Karena itu, kegiatan seperti Festival Nikep ini sangat penting, karena mengangkat budaya lokal sekaligus membuka peluang wisata berkelanjutan,” ujar Misnohartaku dalam sambutannya.

Ia juga menekankan bahwa Festival Nikep, bersama Festival Nariuk di Desa Pulau Patai dan Festival Memancing di Desa Sarapat, telah menjadi wajah baru pariwisata Barito Timur.

Namun, Misnohartaku juga mengingatkan pentingnya dukungan infrastruktur agar festival-festival ini bisa berkembang lebih jauh.

“Saya mendorong agar penyelenggara mengagendakan rapat dengan OPD terkait, supaya masalah infrastruktur tidak hanya ditanggung desa dan Disbudparpora. Mengingat anggaran desa terbatas,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Disbudparpora, Herawani, memberi penekanan berbeda. Baginya, Festival Nikep adalah cara indah untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan.

“Nikep adalah kegiatan ramah lingkungan yang tidak merusak habitat ikan. Dari sini kita belajar melestarikan alam sekaligus menjaga ketahanan pangan,” katanya.

Lebih dari itu, festival juga membawa manfaat ekonomi. UMKM lokal yang ikut meramaikan kegiatan mendapat kesempatan memperkenalkan produk mereka kepada pengunjung.

“Kami berterima kasih kepada masyarakat, pemerintah desa, Karang Taruna, hingga pemerintah kabupaten yang mendukung penuh kegiatan ini. Semoga festival ini terus berlanjut setiap tahun, menjadi kebanggaan bersama, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita,” tutup Herawani penuh harap.

Di persawahan Jundrim Desa Lalap, air yang beriak, tawa yang pecah, dan ikan-ikan yang terperangkap seolah menjadi bukti bahwa tradisi lama masih hidup dan terus memberi arti.

Festival Nikep bukan hanya nostalgia, melainkan jendela masa depan, di mana budaya, alam dan kesejahteraan masyarakat bertemu dalam satu perayaan yang sederhana, namun penuh makna. (BME-1)