BERITA62.COM, Barito Timur – Di tengah hamparan lahan seluas satu hektare di RT 02, Desa Pulau Patai, Kabupaten Barito Timur, ribuan pohon nanas madu tumbuh subur dan rapi. Dari balik dedaunan tajam yang menyimpan aroma segar khas tropis itu, lahir sebuah kisah inspiratif tentang semangat, ketekunan dan keberanian seorang pemuda desa bernama Ero Saputra.
Ero, yang juga menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Desa Pulau Patai, memutuskan untuk tidak membiarkan lahannya terbengkalai. Ia mengubah lahan kosong itu menjadi kebun nanas madu yang kini menjadi sumber penghasilan sekaligus kebanggaan bagi warga desanya.
“Saya mulai dengan dua ribu bibit nanas madu. Bibitnya saya beli dari Parigi dan Kalahien, Kabupaten Barito Selatan, dengan harga Rp2.000 per bibit,” tutur Ero saat ditemui, Rabu, 15 Oktober 2025.
Langkah berani itu kini berbuah manis. Dari kebun yang dikelolanya, Ero berhasil meraup keuntungan hingga Rp18 juta pada musim panen pertama.
“Tanaman nanas ini tumbuh sangat baik. Tanah di sini subur, jadi belum perlu pemupukan,” ujarnya penuh syukur.
Inspirasi menanam nanas madu datang ketika Ero melihat keberhasilan petani di Barito Selatan. Ia tertarik pada keunggulan buah yang dulu disebut “buah bangsawan” di Eropa pada abad ke-17 itu.
“Nanas madu punya keunggulan karena rasanya tetap manis meski belum matang sempurna. Ini membuatnya banyak diminati,” katanya bersemangat.
Kini, setelah sukses dengan dua ribu pohon, Ero berencana memperluas kebunnya hingga mencapai 10.000 pohon nanas madu. Ia tak perlu lagi membeli bibit baru karena akan memanfaatkan anakan dari tanaman yang sudah tumbuh.
“Saya hanya perlu mengambil anakan nanas untuk mengisi lahan yang masih kosong. Ini lebih hemat dan efisien,” jelasnya sambil tersenyum puas.
Awalnya, Ero sempat khawatir soal pemasaran hasil panen. Namun, berkat dukungan Ketua Karang Taruna Kabupaten Barito Timur dan kekuatan media sosial organisasi tersebut, kekhawatirannya sirna.
“Saya bersyukur karena promosi melalui media sosial Karang Taruna Barito Timur membuat permintaan meningkat pesat. Bahkan saya sempat kewalahan memenuhi pesanan,” ungkapnya.
Harga jual nanas madu hasil panennya tergolong terjangkau, yakni Rp10.000 untuk ukuran sedang dan Rp15.000 untuk ukuran besar. Tak hanya pembeli lokal, pesanan juga datang dari luar desa.
“Rata-rata pelanggan puas, terlihat dari postingan mereka di media sosial,” tambah Ero dengan bangga.
Meski usahanya kini membuahkan hasil ekonomi yang menjanjikan, bagi Ero, kebun nanas madu bukan sekadar ladang bisnis. Ia melihatnya sebagai jalan untuk membangkitkan semangat generasi muda di desanya agar berani berinovasi dan mengembangkan potensi lokal.
“Saya berharap apa yang saya lakukan bisa menjadi contoh bagi pemuda lain. Jangan takut mencoba hal baru, apalagi di sektor pertanian yang punya potensi besar,” ujarnya memberi pesan.
Ero juga berharap ada dukungan dari pemerintah untuk memperluas usahanya.
“Dukungan berupa pupuk bersubsidi, peralatan pertanian, teknologi pengolahan, dan bantuan pemasaran sangat kami butuhkan untuk mengembangkan kebun ini,” tuturnya.
Kini, Ero telah berkoordinasi dengan Ketua Karang Taruna Kabupaten melalui program kerja Karang Taruna Pasuha. Tahun depan, mereka berencana mengembangkan kebun nanas dan menambah kebun sayur Karang Taruna di Pulau Patai.
Ketua Karang Taruna Kabupaten Barito Timur, Ariwaratanu, menyampaikan apresiasinya atas pencapaian Ero tersebut.
“Langkah Ero adalah contoh nyata bagaimana pemuda bisa berkontribusi dalam pembangunan desa melalui inovasi pertanian. Usaha seperti ini bukan hanya memperkuat ketahanan pangan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi generasi muda,” ujarnya.
Kisah Ero Saputra menjadi bukti bahwa kerja keras, keberanian dan kreativitas dapat mengubah lahan kosong menjadi sumber kehidupan. Dari tanah Pulau Patai, ia menanam bukan hanya nanas madu, tetapi juga harapan dan inspirasi bagi masa depan desanya. (BME-1)