Berita  

Fenomena Matahari Cincin Terlihat di Pulau Sumba

Fenomena matahari cincin yang disaksikan oleh masyarakat Sumba Barat Daya.

TEKIWE, Sumba Barat Daya – Masyarakat Sumba khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya menyaksikan fenomena alam yang langka, matahari cincin, pada Kamis, 23 September 2021.

Fenomena matahari dikelilingi dengan cincin berwarna pelangi yang terlihat lebih dari 1 jam tersebut ramai-ramai diabadikan warga dengan kamera ponsel dan diunggah ke media sosial, seperti yang diposting akun Facebook bernama Umbu Deta.

“Mulai terlihat sekitar pukul 11.00 dan berakhir pukul 12.40 WITA,” ujar Daud Bobo, salah satu warga yang melihat fenomena matahari cincin dari Desa Pada Eweta.

Selain mengunggah foto matahari cincin di media sosial, banyak masyarakat yang juga mempertanyakan arti fenomena tersebut.

Dilansir dari detikcom, matahari cincin atau halo matahari merupakan salah satu dari fenomena optik atmosfer dan termasuk fenomena yang jarang terjadi di negara tropis.

Berikut fakta-fakta seputar matahari cincin yang dirangkum detikcom:

1. Sejarah

Fenomena alam seperti halo matahari dan parhelia pernah disebutkan oleh Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup dari tahun 384 SM hingga 322 SM. Selain itu, pengamat di China juga telah mencatat terjadinya halo matahari selama beberapa abad, salah satunya dalam buku ‘Official History of Chin Dynasty’ yang terbit tahun 637.

Selain itu, fenomena matahari cincin juga pernah terjadi di Stockholm, Swedia pada 20 April 1535 dan kejadian tersebut digambarkan dalam lukisan Vädersolstavlan.

Fenomena alam seperti matahari cincin dulunya digunakan untuk memperkirakan cuaca saat ilmu meteorologi belum berkembang. Fenomena ini biasanya mengindikasikan akan terjadi hujan dalam 24 jam ke depan karena awan cirrus tinggi biasanya menandakan akan terjadinya hujan.

2. Penyebab

Cincin atau halo ini tidak hanya terlihat mengelilingi Matahari, tapi juga Bulan. Fenomena cincin yang mengelilingi Bulan dan Matahari ini juga disebut sebagai halo 22 derajat karena sudut dari pusat ke cincin adalah sekitar 22 derajat.

Fenomena alam ini terjadi karena refraction atau pembiasan cahaya yang melintasi kristal es yang ada di atmosfer. Karena sifat dari kristal es, tidak ada cahaya yang direfleksikan ke bagian dalam cincin, sehingga membuat langit lebih gelap dibanding sekitarnya dan menampilkan lubang di langit.

3. Karakteristik

Jika kalian melihat fenomena matahari cincin, ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan. Cincin yang mengelilingi matahari biasanya terlihat berwarna merah di bagian dalam dan berwarna biru di bagian luar.

Selain itu, sisi dalam cincin juga terlihat lebih tajam dan jelas, sedangkan sisi luarnya terlihat lebih membaur. Perhatikan juga langit yang mengelilingi cincin terlihat lebih gelap dibandingkan dengan bagian langit lainnya.

4. Jenis yang Lebih Langka

Walau fenomena matahari cincin atau halo terbilang jarang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, ada lagi fenomena matahari cincin yang lebih langka.

Fenomena ini dinamai Cincin Bottlinger dan memperlihatkan halo yang berbentuk elips, bukan lingkaran seperti cincin pada umumnya. Diameternya juga lebih kecil sehingga membuatnya lebih sulit dilihat dan lebih mudah dilihat jika kalian berada di puncak gunung atau sedang berada di pesawat terbang.

Masih banyak hal yang belum dipahami oleh peneliti terkait Cincin Bottlinger. Fenomena ini diduga terbentuk oleh kristal es piramida yang sangat datar yang menghadap pada sudut rendah yang tidak biasa dan tergantung secara horizontal di atmosfer.